Kegigihan Seorang Instruktur
Ali Maschur | 24 April 2025 | Dibaca 2 kali | ADMIN LAYANAN

Ali Maschur

Di pagi yang tenang, embun masih menetes di ujung daun ketika seorang instruktur Fisika bersiap meninggalkan kampung halamannya. Dengan koper sederhana dan tas berisi modul-modul pelatihan, ia melangkah mantap menuju tempat tugas sebagai bagian dari program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru madrasah. Ada haru yang tertahan di matanya saat berpamitan dengan istri dan anak-anak, namun semangatnya untuk turut membangun pendidikan madrasah mengalahkan segala keraguan yang sempat menyapa.

Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan panggilan pengabdian. Sebagai instruktur, ia membawa tanggung jawab besar untuk mendampingi rekan-rekan guru dalam memperkuat kompetensi profesional dan pedagogik mereka. Ia sadar bahwa pendidikan madrasah tidak hanya membutuhkan guru yang cerdas, tetapi juga pembina yang tekun, sabar, dan penuh semangat berbagi. Di ruang-ruang pelatihan, ia hadir bukan sebagai pengajar semata, tapi sebagai teman seperjuangan yang turut merasakan dinamika lapangan.

Setiap malam di tempat tugas, ia merindukan tawa anaknya, masakan istrinya, dan kehangatan rumah yang kini hanya bisa dijangkau lewat panggilan video. Namun kerinduan itu justru menjadi bahan bakar dalam dirinya untuk memberikan yang terbaik. Ia percaya, setiap ilmu yang ia bagi, setiap semangat yang ia tularkan, adalah bagian dari ikhtiar menanamkan nilai kebaikan yang suatu hari akan tumbuh di ruang-ruang kelas madrasah di berbagai penjuru.

Keberangkatannya mungkin tampak sederhana, namun sesungguhnya menyimpan misi besar: membangun masa depan pendidikan yang lebih bermakna. Sebab ia tahu, ketika seorang guru bertumbuh, sejatinya satu generasi ikut tumbuh bersamanya. Dan dari kampung halaman yang ia tinggalkan sementara, ia bawa serta cinta dan doa, agar setiap langkahnya dalam mendampingi guru madrasah menjadi bagian dari jejak kebaikan yang abadi.

Dalam setiap sesi pendampingan, ia tak hanya membagikan teori-teori fisika atau strategi mengajar, tapi juga menyelipkan nilai keikhlasan dan pengabdian. Ia tahu bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi, tapi amanah yang besar. Ia mendorong para peserta pelatihan untuk mengajar dengan hati, menyentuh sisi manusiawi siswa, dan menjadikan sains sebagai jalan menumbuhkan akhlak, bukan hanya logika. Dengan pendekatan yang hangat, ia menciptakan ruang belajar yang hidup, di mana para guru merasa didengarkan, dihargai, dan dikuatkan.

Keberangkatan ini mungkin hanya berlangsung beberapa pekan, tapi maknanya jauh lebih dalam. Ia percaya bahwa meninggalkan keluarga untuk sementara demi mencerdaskan sesama adalah bentuk cinta yang lain—cinta pada ilmu, pada bangsa, dan pada masa depan. Di setiap langkahnya sebagai instruktur PKB, ia membawa semangat para guru madrasah di kampung-kampung; mereka yang gigih mengajar di tengah keterbatasan, namun tetap memancarkan cahaya ilmu bagi anak-anak negeri. Maka, meski jauh dari rumah, hatinya tetap dekat pada harapan: bahwa pendidikan madrasah akan terus bertumbuh, karena ada yang bersedia melangkah dan berbagi, dengan hati yang tulus.

BAGIKAN :



Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin

Berita Terpopuler
Modul Digital
26 Juni 2023 | 348 Kali
Re-Skin Gedung Pusat TSC
20 Juni 2023 | 279 Kali
Es atau Kopi Panas
19 Maret 2024 | 69 Kali
Harlah Ke-101 NU
19 Maret 2024 | 64 Kali
Kegigihan Seorang Instruktur
24 April 2025 | 3 Kali
Info Grafis